Tulungagung, Klik DAERAH – Dengan adanya mitra Bulog yang menjual beras SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pasar) yang melebihi HET (Harga Eceran Tertinggi) yakni Rp 10.900 per kilo atau Rp 54.000 per 5 kilo, akan dicabut kepesertaan mitra dengan Bulog, Rabu (13/3/2024).
Kepala Cabang Bulog Tulungagung, David Donny Kurniawan saat dikonfirmasi mengakui adanya mitra bulog yang nakal tersebut.
Kepesertaan Mitra akan dicabut dan tidak diperbolehkan membeli beras dari Bulog.
“Untuk yang melanggar akan kita blacklist dan tidak kita beri lagi jatah beras SPHP,” kata David.
David pun melanjutkan, penjualan beras SPHP melebihi HET bisa berpotensi pidana. Masyarakat bisa melaporkan ke Polisi jika mengetahui beras SPHP dijual melebihi HET.
“Untuk pelanggaran bisa dilaporkan ke Polisi,” ujarnya.
Diketahui, harga beras melambung sejak akhir tahun 2023 lalu. Terutama beras medium, kenaikan harga beras mencapai 3 ribu rupiah per kilo.
Pemerintah melalui Perum Bulog turun tangan dengan menggelontor beras SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pasar).
Beras SPHP yang dikemas 5 kilogram dimaksudkan untuk stabilisasi harga beras agar cepat kembali ke harga normal.
Beras SPHP dijual dengan mekanisme tidak boleh melebihi HET yang ditentukan, yaitu Rp. 10.900 per kilo.
Beras ini dijual dengan kemasan 5 kilogram khusus bertuliskan SPHP dan ada lambang Perum Bulog pada bagian pojok kanan atas. Beras kemasan 5 kilo HET sekitar 54 ribu per kilo di tingkat konsumen.
Sayangnya, beras tersebut justru dijadikan oleh beberapa mitra bulog untuk menambah pundi-pundi rupiah dengan menyalahi aturan penjualan beras SPHP.
Beberapa mitra bulog menjual beras SPHP dengan harga diatas HET yang ditentukan. Harga yang ditawarkan bervariasi, dari 60 ribu rupiah per kilo hingga 73 ribu rupiah per kilo.
Seperti diungkapkan oleh salah satu mitra bulog asal Desa Kepuhrejo Kecamatan Ngantru. Mitra bulog tersebut mengaku menjual beras SPHP dengan harga 66 ribu per 5 kilo.
“1 sak 66 ribu,” ujarnya melalui aplikasi perpesanan.
Mitra tersebut mendapat pasokan 30 sak tiap 3 hari sekali dan hampir dipastikan ludes terjual.
Reporter : Joko Pramono
editor : Edi Susanto