Berjuang Belasan Tahun, Prasasti Lawadan Akhirnya Berpindah ke Tangan Pemkab Tulungagung

oleh
Foto : Prasasti Lawadan setelah dipindah ke Museum Tulungagung masih dibalut dan dilindungi dengan paket.

Tulungagung, Klik DAERAH – Hari jadi Kabupaten Tulungagung jatuh pada 18 November. Penentuan hari jadi itu berdasarkan Prasasti Lawadan. Prasasti tersebut berada dalam komplek pabrik marmer di wilayah Besole Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung, Selasa (14/11/2023).

Prasasti bersejarah tersebut berada dalam penguasaan pabrik marmer sejak puluhan tahun lalu.

Pihak Pemkab Tulungagung pun berusaha untuk meminta dan merawat prasasti tersebut sejak belasan tahun lalu. Namun, di tahun 2023 ini prasasti bisa diboyong ke Museum  Tulungagung.

Tim Ahli Cagar Budaya (TAPD) Triono menyambut baik perpindahan perawatan prasasti tersebut.

Sebab, dengan dipindahkannya prasasti ke Museum Tulungagung, membuat akses mempelajari prasasti lebih mudah.

“Dulu waktu di pabrik itu sangat sulit, bahkan kepala dinas saja sulit masuk,” kata Triono.

Dirinya melanjutkan, di dalam pabrik marmer, prasasti diletakan di dekat mesin potong batu dan terdampak dengan getaran mesin, sehingga muncul retakan-retakan kecil.

Prihatin dengan kondisi prasasti tersebut, pihaknya mengadu ke Bupati Tulungagung pada tahun 2007.

Namun prasasti baru bisa dipindahkan pada tahun 2023 atau 16 tahun sejak dilaporkan ke Bupati Tulungagung.

“Kalau bisa prasasti ini ditaruh di Pendopo Tulungagung,” katanya.

Dirinya menjelaskan, dengan ditaruh di Pendopo, semua orang bisa melihat dan mempelajari sejarah Kabupaten Tulungagung.

Prasasti Lawadan merupakan salah satu bukti otentik hari lahirnya Kabupaten Tulungagung.

Prasasti ini berisi tentang memberikan keterangan bahwa penduduk desa Lawadan beserta daerah sewilayahnya telah menerima anugerah raja yang berupa pembebasan pajak dan penerimaan sejumlah hak-hak istimewa.

Desa Lawadan diprediksi berada di wilayah selatan Kabupaten Tulungagung.

Selain proses permintaan pemindahan prasasti yang sulit, kesulitan lainnya adalah proses pemindahan prasasti dari lingkungan pabrik menuju Museum Tulungagung.

Pamong Budaya Ahli Muda Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XI, Muhammad Ichwan mengatakan, kaki prasasti di cor dengan menggunakan semen khusus. Sehingga pihaknya kesulitan membongkar semen tersebut. Meski demikian proses pemindahan berjalan lancar.

“Alhamdulillah kami bisa melaksanakan dan lancar,” katanya.

Proses pemindahan dilakukan sejak, Senin (14/11/23) pagi dan baru keluar dari lingkungan pabrik setelah maghrib.

Selanjutnya prasasti dibawa ke museum dengan menggunakan mobil bak terbuka.

Namun, sebelumnya untuk mencegah kerusakan saat perjalanan, prasasti dibungkus menggunakan kain tebal atau menggunakan keset kain. Lalu prasasti seberat sekitar 1 ton tersebut dibungkus lagi menggunakan paket.

Selama dalam perjalanan, kendaraan pembawa tak boleh berjalan terlalu kencang dan menghindari goncangan.

“Kecepatanya antara 30-40 kilometer perjam,” katanya.

Prasasti baru tiba di museum sekitar pukul 23.0 Wib dalam keadaan utuh.

Reporter : Joko Pramono
Editor      : Edi Susanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.