Demam Berdarah Rengut 2 Nyawa Bocah Di Tulungagung

oleh

Tulungagung, Klik Daerah – Memasuki musim penghujan, demam berdarah kembali mengintai. Seperti di Kabupaten Tulungagung, sejak Januari hingga Februari, 2 anak harus meregang nyawa karena penyakit yang disebarkan oleh nyamuk tersebut.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung melalui Kabid P2P, Didik Eka jelaskan pada Januari 2022 ada 57 kasus demam berdarah. Dari jumlah itu, 1 korban anak-anak meninggal dunia.Sedang kasus di bulan Februari dalam seminggu mencapai 17 kasus.

“Sudah ada 2 kematian akibat demam berdarah di Tulungagung hingga Februari ini,” jelas Didik Eka, Selasa (8/2/22).

Kematian pertama terjadi pada Januari lalu pada anak di Kelurahan Botoran Kecamatan Tulungagung, sedang kematian kedua pada bulan Februari pada anak di wilayah Kecamatan Pakel.

Menurut Didik, fatalitas ini terjadi lantaran korban terlambat mendapat penanganan medis, sehingga kondisinya menurun dan berujung kematian.

“Karena untuk DB kita berkejaran dengan waktu. Jika dalam 3 hari tak mendapat penanganan yang baik bisa sebabkan preshock, shock dan berakibat buruk,” jelasnya.

Faktor kelambatan lainya banyak orangtua takut membawa anaknya ke fasilitas kesehatan.
Beberapa menganggap jika dibawa ke fasilitas kesehatan akan tertular Covid-19 atau penyakit lain.

Didik mengingatkan gejala demam berdarah diawali dengan demam tinggi mendadak. Lalu disertai mual, lesu, dan muntah.
Jika alami gejala seperti diatas, segera saja dibawa ke fasilitas kesehatan, sehingga bisa diketahui penyebabnya.

Disinggung usia rentan DB, Didik jelaskan siapa saja bisa terkena.Namun anak-anak lebih beresiko lantaran aktifitasnya sering di rumah.
Nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit pada pagi dan sore hari. Pada jam tersebut anak-anak lebih banyak berada di rumah.

Siklus nyamuk ini biasanya banyak saat musim penghujan.Mereka biasa bertelur di air jernih yang menggenang.Siklusnya dari telur, jentik, larva hingga menjadi nyamuk sekitar 10 hari.

“Meminimalisir dengan cara mengurangi populasi, terapkan 3M setidaknya seminggu sekali,” kata Didik.

Penyebaran DB biasanya terjadi di lingkungan padat, seperti wilayah Kecamatan Tulungagung, Boyolangu, dan Kedungwaru.

Namun semua itu kembali pada pola hidup warga. Jika pola hidup dan lingkungannya kotor, maka akan mudah terjadi penyebaran.
“Tapi tidak menutup juga aktifitas perjalanan,” katanya.

Bisa saja seseorang tergigit di luar kota lalu pulang dan menularkan pada lainya melalui gigitan nyamuk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.