Tulungagung, Klik DAERAH – Harga tembakau di Kabupaten Tulungagung mengalami penurunan. Penurunan disebabkan masuknya tembakau dari luar daerah ke Kabupaten Tulungagung, Jumat (13/9/2024).
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung, Suyanto saat dikonfirmasi oleh awak media, Jumat (13/9/2024).
Menurutnya, turunnya harga tembakau disebabkan melimpahnya stok tembakau. Beberapa wilayah di luar Tulungagung sudah panen raya tembakau. Bahkan beberapa tambakau dari luar daerah masuk ke Tulungagung.
“Ada tembakau dari Magetan, Jombang dan daerah lainnya masuk ke Tulungagung,” kata Suyanto.
Tembakau itu masuk ke Tulungagung masih dalam bentuk daun. Nantinya tembakau ini dipotong dan diolah oleh pengepul tembakau di Tulungagung.
Harga tembakau daun Rp. 6.000 – 7.000 per kilogram, padahal tahun sebelumnya harga menyentuh 8-9 ribu rupiah per kilogram.
Tembakau rajangan kering 70 ribu sampai 75 ribu dari sebelumnya 85 ribu sampai 90 ribu rupiah per kilo.
Daun rajangan basah 10 ribu sampai 11 ribu dari sebelumnya 12 ribu sampai 14 ribu per kilogram.
“Daerah sentra tembakau lainnya juga mulai panen,” tuturnya.
Suyanto jelaskan penambahan area tanam tembakau juga berdampak pada turunnya harga tembakau.
Saat ini ada 1.251 hektar lahan tembakau yang berada di 5 kecamatan. Padahal, tahun sebelumnya luasan lahan tembakau kurang dari 1000 hektar.
“Saat ini baru mulai musim panen, kemungkinan mulai bulan Oktober,” jelasnya.
Rerata tiap hektar lahan tembakau menghasilkan 1,6-1,7 ton tembakau kering. Varietas tembakau yang umum ditanam jenis gagrak sidi.
Untuk meminimalisir berkurangnya keuntungan petani tembakau, dirinya katakan akan memberikan bantuan pupuk, alat pertanian dan penyuluhan pada petani tembakau yang bersumber dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT).
Sebelumnya, Ketua APTI (Asosiasi Petani Tembakau Indonesia) Kabupaten Tulungagung, Nurhadi katakan petani tembakau saat ini resah.
Sebab, harga tembakau alami penurunan dibanding tahun lalu. Meski demikian dirinya katakan penurunan ini tak membuat petani rugi, namun berkurang keuntungannya.
Reporter : Joko Pramono
Editor : Edi Susanto