Kalapas Tulungagung Berdayakan Wabin: Bangun Konveksi, Peternakan, dan Kerajinan Marmer

oleh
Foto : Kalapas Kelas IIB Tulungagung, Ma'ruf Prasetio Hadianto.

Tulungagung, Klik DAERAH – Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas IIB Tulungagung, Ma’ruf Prasetio Hadianto, berencana mengembangkan program pemberdayaan warga binaan (wabin) dengan menerapkan pengalaman yang ia peroleh saat memimpin Lapas Kelas IIB Pasuruan. Menurutnya, inovasi dalam lapas harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.

“Berapa jumlah wabinnya, berapa kasus narkotika, pidana umum, pidana khusus, dan kami sesuaikan dengan kearifan lokal,” jelasnya setelah acara serah terima jabatan dari pejabat Kalapas sebelumnya, R. Budiman Kusumah, Jumat (14/2/2025).

Ma’ruf menekankan bahwa keberhasilan program ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Salah satu strategi yang akan diterapkan adalah menggandeng pihak ketiga untuk menciptakan industri konveksi di dalam lapas.

Saat memimpin Lapas Kelas IIB Pasuruan, ia berhasil mengembangkan industri konveksi yang melibatkan 150 wabin sebagai pekerja. Selain itu, di sana juga dikembangkan peternakan ayam petelur dengan 400 ekor, peternakan bebek petelur, budidaya ikan, serta pelatihan barista bagi warga binaan.

Di Lapas Kelas IIB Tulungagung, ia optimistis potensi sumber daya yang ada bisa mendukung program serupa. Bahkan, ia melihat peluang untuk mengembangkan kerajinan marmer sebagai produk unggulan.

“One prison, one product—setidaknya satu lapas harus memiliki satu produk unggulan yang bisa dinikmati oleh masyarakat luas,” tegasnya.

Sebagai referensi, program pemberdayaan warga binaan serupa juga telah diterapkan di beberapa lapas lain di Indonesia, seperti Lapas Kelas I Tangerang yang memiliki usaha produksi roti, serta lapas perempuan Malang yang mengembangkan industri batik. Program-program ini bertujuan memberikan keterampilan kepada wabin agar memiliki bekal saat kembali ke masyarakat.

Diharapkan, upaya ini dapat meningkatkan kemandirian ekonomi warga binaan serta mengurangi angka residivisme dengan membekali mereka keterampilan yang bernilai ekonomi.

Reporter : Joko Pramono
Editor : Edi Susanto

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.