Panic Buying, Minyak Goreng Jadi Barang Ghaib

oleh

Tulungagung, Klik DAERAH – Sejak pemerintah mengeluarkan kebijakan 1 harga minyak goreng (Migor), komoditi ini menghilang di gerai-gerai toko ritel modern.

Di rak yang biasanya terpajang migor, kini hanya nampak minyak kelapa yang harganya mencapai 2 kali lipat harga migor kelapa sawit.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Tulungagung, Tri Hariadi menyebut, hilangnya migor di toko ritel modern disebabkan panic buying (Aksi borong) masyarakat.

“Panic buying masyarakat yang terlalu tinggi sebabkan pembelian minyak goreng di luar kebutuhan,” jelas Tri Hariadi.

Tri melanjutkan, pembelian di luar kebutuhan ini menyebabkan stok minyak goreng berkurang.

Seharusnya cukup membeli 1 liter, masyarakat membeli dalam jumlah banyak lantaran takut harganya melambung lagi.

Padahal, kebijakan 1 harga migor yang dimulai pada 19 Januari 2022 lalu berlaku hingga 6 bulan kedepan.

Kebijakan ini diambil lantaran harga migor melambung menyentuh harga 20 ribu perliter.

Kebijakan yang dikeluarkan adalah menyamakan harga migor kemasan sebesar 14 ribu perliter, dan 11.500 rupiah untuk migor curah.

Sayangnya, meski harga sudah diturunkan, migor di toko ritel modern justru menjadi barang ghaib di pasaran.

“Panic buying itu tidak dianjurkan. Karena bisa mempengaruhi distribusi minyak,” terang pria berkumis tipis tersebut.

Dengan rentang subsidi selama 6 bulan ini, masyarakat seharusnya tak perlu panik.

Tri mengatakan, kiriman migor untuk wilayah Tulungagung tetap ada dan normal. Dirinya berharap masyarakat membeli migor sesuai dengan kebutuhan.

“Berapapun yang ada kalau masyarakat panic buying ya tidak mencukupi,” ucap Tri.

Kondisi berbeda di pasar tradisional. Stok migor masih ada, namun dengan harga lama.

Tri berdalih, mereka menghabiskan stok lama yang dibeli sebelum dikeluarkan kebijakan 1 harga.

“Makanya stok di pasar berkurangnya lambat, tapi di sisi lain (Swalayan) habis,” katanya lebih lanjut.

Pedagang di pasar rata-rata bermodal kecil. Jika menjual di bawah pembelian, kerugian yang diderita cukup banyakbanyak. Sehingga diberi kesempatan untuk menghabiskan stok lama.

Disinggung adanya penimbunan oleh pihak-pihak tertentu, Tri menampik hal itu.

Menurutnya, kelangkaan migor lebih disebabkan aksi borong masyarakat.
Padahal pasokan migor ke Tulungagung dalam sehari sekitar 30 ribu liter per hari, yang dihitung berdasar kebutuhan penduduk.

Penulis: Pramono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.