Pengusaha Tahu, Tempe, Dan Kecap Keluhkan Harga Kedelai, Disperindag Tulungagung : Tak Bisa Kita Intervensi

oleh

Tulungagung, Klik DAERAH – Harga kedelai yang menyentuh Rp 11.500,- memaksa produsen pangan berbahan baku kedelai harus mengurangi produksinya. Selain industri tempe dan tahu, industri kecap juga alami hal serupa.

Seperti diungkapkan oleh Hendra (41) pemilik usaha kecap Kuda Han Kioe harus memangkas produksinya mencapai 50 persen.
Meski demikian, Hendra enggan menaikan harga jual kecap yang sudah menjadi trade mark Tulungagung tersebut.

Dari yang biasanya sekitar 1000 botol perhari, kini produksinya diturunkan menjadi separuhnya.

“Ini produksi saya turunkan separuhnya,” jelasnya.

Setiap minggu dirinya menggunakan hampir 3 kwintal kedelai untuk produksi kecap. Kedelai digunakan untuk bumbu pembuatan kecap.

Kedelai merupakan satu dari 2 bahan pembuatan kecap selain gula kelapa. Dirinya mencoba meredam kenaikan harga jual kecap, meski diakui sesekali harus merugi.

“kami akan produksi terus, karena tidak sepenuhnya profit eriented,” jelas pria ramah tersebut.

Serupa, pengusaha tahu asal desa Bendo Kecamatan Gondang, Miyanto juga mengeluhkan kenaikan harga kedelai. Kenaikan harga kedelai di pasaran sudah terjadi sejak November 2021 lalu.

Saat itu harga kedelai masih di harga Rp 9.800. Namun saat ini, harga kedelai justru melambung diangka Rp 11.500 per kilogram. Mengakali kenaikan ini, Miyanto memilih mengurangi ukuran tahu produksinya.

“Produksi otomatis menurun, untuk ukuran saya kurangi 2cm,” kata Miyanto, Rabu (23/2).

Meski sudah mengurangi ukuran, Miyanto mengaku tak sesuai dengan ongkos produksi akibat kenaikan harga kedelai.

Bak jatuh tertimpa tangga, kondisi ini diperparah dengan kelangkaan dan kenaikan harga minyak goreng. Kebanyakan pelangganya adalah pengusaha gorengan. Akibatnya, pemilik usaha gorengan mengurangi pembelian tahu dan tempe.

“Jadi sama kayak efek domino, harga minyak goreng mahal dan stok langka, pembelian tahu menurun, ditambah harga kedelai yang mahal,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar melalui kabid Perdagangan, Nur Laili mengatakan, kondisi ini terjadi secara global.

Meski sudah banyak pengusaha yang mengeluh tentang kenaikan harga kedelai, pihaknya tak bisa berbuat banyak.

“Harga (Kedelai) tidak bisa kita intervensi karena sifatnya internasional,” kata Nur laili.

Meski demikian, pihaknya berharap agar pengusaha tahu, tempe dan kecap tetap memproduksi meski harus menaikan harga atau mengurangi ukuran.

“Untuk masyarakat tetaplah mengkonsumsi tahu tempe, enggak usah mencari sumber protein lain,” harap Nur laili.

Menurut datanya, di Tulungagung ada sekitar 250 pengusaha tahu dan tempe. 90 persen kedelai yang digunakan berasal dari impor.

Penulis: Pramono

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.