Tulungagung, Klik DAERAH – Pj. Bupati Tulungagung, Heru Suseno merespon temuan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pasar) yang dijual melebihi HET (Harga Eceran Tertinggi) pemerintah. Heru tegaskan, penjualan beras SPHP melebihi HET merupakan pelanggaran dan bisa diproses secara hukum, Kamis (14/3/2024).
“Enggak boleh menjual melebihi HET,” kata Heru.
Heru melanjutkan, beras SPHP merupakan beras penugasan untuk menstabilkan harga beras.
Jika ada pedagang atau mitra Bulog yang menjual beras SPHP melebihi HET, masyarakat bisa melaporkan ke Polisi atau ke Bulog.
“Nanti di perdata dulu dengan diblack list oleh Bulog lalu dianalisa apa penyebab dia menjual melebihi HET,” jelas Heru.
Ditanya dengan adanya mitra Bulog yang menyalahgunakan kewenangannya menjual melebihi HET, apakah Pemkab Tulungagung meminta pada Bulog untuk mengevaluasi penjualan secara langsung pada masyarakat?
Heru tegaskan mekanisme penjualan beras SPHP harus melalui kios yang bekerjasama dengan Bulog.
“Nanti kita akan meminta Bulog untuk menentukan siapa saja mitra yang pantas,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Satgas Pangan Kabupaten Tulungagung, AKP. Muhammad Nur menambahkan, sudah merespon informasi penjualan beras SPHP diatas HET.
Sebagai langkah awal pihaknya melakukan inventarisasi mitra Bulog yang nakal.
Setelah diinventarisasi, penjual beras SPHP nakal tersebut bakal diproses dengan berkoordinasi dengan Bulog Cabang Tulungagung.
“Akan kita cek dan berkoordinasi dengan Bulog secara langsung,” kata AKP. M. Nur.
Sebelumnya ditemukan banyak mitra Bulog nakal yang menjual beras SPHP melebihi HET Pemerintah.
Seharusnya beras ini dijual dengan kemasan 5 kilogram khusus bertuliskan SPHP dan ada lambang Perum Bulog pada bagian pojok kanan atas.
Beras kemasan 5 kilo HET sekitar 54 ribu per kilo di tingkat konsumen.
Sayangnya, beras tersebut justru dijadikan oleh beberapa mitra bulog untuk menambah pundi-pundi rupiah dengan menyalahi aturan penjualan beras SPHP.
Beberapa mitra bulog menjual beras SPHP dengan harga diatas HET yang ditentukan. Harga yang ditawarkan bervariasi, dari 60 ribu rupiah per kilo hingga 73 ribu rupiah per kilo.
Reporter : Joko Pramono
Editor : Edi Susanto