Tulungagung, Klik DAERAH – Dalam sehari 3 mayat ditemukan di Kabupaten Tulungagung pada, Sabtu (18/11/23). Ke 3 nya ditemukan di tempat yang berbeda, Minggu (19/11/2023).
Kasi Humas Polres Tulungagung, Iptu Mujiatno saat dikonfirmasi membenarkan penemuan mayat-mayat tersebut.
Mayat pertama ditemukan di dalam rumah di Kelurahan Kepatihan Kecamatan Tulungagung. Korban bernisial A (38) yang bekerja sebagai tenaga cleaning service RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung.
Saat ditemukan, pada tubuh korban ditemukan lebam pada tubuhnya. Dugaan awal penyebab kematian karena sakit tekanan darah tinggi.
Korban pulang bekerja dari RSUD dr Iskak Tulungagung pada, Jumat (17/11/23) sekitar pukul 21.00 Wib.
Usai pulang bekerja, korban meminta kepada orang tuanya untuk minta kerokan, kemudian menuju ke kamarnya untuk istirahat.
“Korban dan kedua orang tua tinggal satu rumah,” jelas Mujiatno, Minggu, (19/11/2023).
Lalu, pada Sabtu (18/11/23) sekitar pukul 09.00 Wib, ibu korban mencoba membangunkan anaknya dengan cara memanggil. Namun, ia tak kunjung ada jawaban. Lantaran tidak ada jawaban, ibu korban membuka pintu tersebut dan betapa kagetnya ketika melihat anaknya sudah meninggal dunia.
Atas kejadian itu, pihak kepolisian melakukan olah TKP. Hasil olah TKP tidak ditemukan tanda kekerasan pada tubuh korban, hanya saja petugas mendapati lebam pada tubuh korban.
“Luka lebam diduga karena hipertensi,” ungkapnya.
Mayat kedua ditemukan tertimpa pohon sengon di Dusun Nguluh Desa Sedayu Gunung Kecamatan Bandung di dalam hutan pada, Sabtu (18/11/23) sekira pukul 12.00 Wib.
Korban bernisial MU (67) warga Dusun Sambi, Kecamatan Watuagung Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
Korban ditemukan pertama kali oleh keluarganya yang saat itu menyusul ke tempat korban bekerja.
“Sesampainya di ladang, betapa kagetnya pihak keluarga menemukan korban sudah dalam keadaan tertimpa pohon sengon laut,” kata Mujiatno.
Mendapati hal tersebut, pihak keluarga berteriak mencari pertolongan. Sehingga warga yang berada didekat lokasi tersebut berkumpul, warga pun melaporkan kejadian tersebut ke Polsek Besuki sekitar pukul 14.00 Wib.
“Hasil pemeriksaan luar dari INAFIS Polres Tulungagung bersama dengan petugas Nakes dari Puskemas Watulimo tidak di temukan tanda – tanda kekerasan fisik dan dapat di simpulkan bahwa korban meninggal dunia akibat tertimpa pohon sengon laut yang roboh,” terang Mujiatno.
Penemuan ke 3 di Pemakaman Gunung Bolo yang masuk Desa Bolo rejo Kecamatan Kauman. Korban diketahui bernisial SS (46) yang beralamat di Desa Pandi Kecamatan Bakung Kabupaten Blitar.
Korban dilaporkan meninggal sekira pukul 17.00 Wib di sebuah bekas bangunan untuk meletakkan abu kremasi. Tempat itu oleh warga dikenal dengan nama rumah kartolo.
“Korban dilaporkan meninggal sekitar pukul 17.00 Wib,” kata Mujiatno.
Mujiatno melanjutkan, proses evakuasi terhadap korban agak sulit. Sebab, tempat ditemukannya korban hanya mempunyai akses setinggi 70 centimeter dengan lebar kurang dari 1 meter.
Petugas harus berjalan merangkak untuk mengeluarkan jasad korban. Di sekitar lokasi tidak ada penerangan, sehingga saat evakuasi dalam kondisi gelap.
Posisi diketemukan jasad korban berada di puncak bukit Bolo yang dikenal sebagai komplek pemakaman etnis Thionghoa.
“Setelah dikeluarkan, jasad korban langsung dibawa turun,” tuturnya.
Sementara itu, salah satu saksi yang menemukan jasad SS katakan korban sudah lama berada di Bukit Bolo.
“Sudah bertahun-tahun hidup disini,” ujar Huda.
Huda melanjutkan, korban mempunyai anak yang beberapa kali menjenguknya. Bahkan, anak korban mengajak sang ibu untuk pulang ke rumahnya, namun ditolak oleh korban.
Di bukit Bolo korban hidup bersama pasangannya yang bekerja sebagai petugas kebersihan makam.
“Sebelumnya korban sempat mengeluh sakit,” terangnya.
Dari pemeriksaan awal yang dilakukan oleh pihak kepolisian pada ke 3 mayat tersebut tidak ditemukan tanda-tanda penganiayaan.
Reporter : Joko Pramono
Editor : Edi Susanto