Tulungagung, Klik DAERAH – Pemkab Tulungagung berencana menutup sementara Pasar Hewan Terpadu (PHT) Sumbergempol, pasca merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) di Jawa Timur, Senin (6/1/2025).
Penutupan ini merupakan desakan dari pedagang dan peternak sapi di Kabupaten Tulungagung, yang khawatir ternaknya tertular PMK dari luar daerah Tulungagung. Hal itu diungkapkan oleh Sekda Kabupaten Tulungagung, Tri Hariadi, Senin (6/1).
“Kita berencana menutup sementara PHT sekitar 2 minggu,” katanya.
Dirinya menambahkan, baik peternak dan pedagang ternak di Tulungagung sudah mulai sadar dengan penularan PMK.
setelah penutupan selama 14 hari, pihaknya akan melakukan evaluasi. Jika dirasa lebih parah, tidak menutup kemungkinan penutupan akan lebih parah.
“Peternak bisa lebih introspeksi diri ya, kalau harga rendah mereka cenderung menahan ternaknya dulu, kalau sakit fokus ke penyembuhan ternaknya,” ungkapnya.
Sejak akhir November 2024, kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali ditemukan di Kabupaten Tulungagung. Tercatat sekitar 60-70 ekor sapi menunjukkan gejala PMK.
Menurut drh. Tutus Sumaryani, penyebab munculnya kembali PMK di antaranya adalah kelembaban udara tinggi yang memicu bangkitnya virus dan bakteri yang sebelumnya menghilang.
“Dengan kelembaban udara yang tinggi, di lokasi peternakan banyak virus dan bakteri yang kembali aktif,” ungkap Tutus pada, Minggu (5/1/2024).
Meski ada laporan PMK, Tutus menegaskan kondisi di Tulungagung relatif terkendali dibandingkan daerah lain di Jawa Timur.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran peternak dalam menjaga higienitas kandang dan langkah cepat dalam melaporkan ternak yang bergejala.
“Kesadaran peternak untuk menjaga kebersihan kandang terus meningkat. Selain itu, laporan yang cepat memungkinkan petugas kesehatan hewan memberikan perawatan segera, sehingga penyebaran PMK dapat ditekan,” jelasnya.
Ia menambahkan, upaya vaksinasi yang dilakukan secara menyeluruh di Tulungagung juga berkontribusi signifikan dalam menekan kasus. Hingga kini, belum ada laporan kematian sapi akibat PMK di wilayah tersebut.
Tutus menjelaskan bahwa sapi yang terjangkit PMK sebagian besar bukan berasal dari Tulungagung, melainkan sapi yang baru didatangkan dari luar wilayah. Menurutnya, lalu lintas ternak melalui jual-beli antar wilayah menjadi salah satu faktor utama penyebaran penyakit ini.
“Pasar hewan di Tulungagung didatangi oleh pedagang dari berbagai kabupaten. Karena itu, lalu lintas ternak menjadi tantangan besar yang sulit dibendung,” ungkapnya.
Ia juga menyebutkan bahwa opsi menutup akses lalu lintas ternak sulit dilakukan karena dikhawatirkan dapat mengganggu roda perekonomian, terutama pada sektor peternakan.
Meski demikian, ia memastikan bahwa penyebaran PMK di Tulungagung masih bersifat sporadis dan terkendali.
Dengan langkah-langkah proaktif dan dukungan dari para peternak, Tulungagung optimis dapat menjaga kondisi ternak di wilayahnya tetap sehat dan produktif.
Reporter : Joko Pramono
Editor : Edi Susanto