KLIK DAERAH, Kediri – Di tengah arus modernisasi yang kian kencang, lembaga pendidikan Islam dituntut untuk tidak sekadar bertahan, tetapi juga unggul secara kualitas. Hal ini ditegaskan oleh Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PKB, KH. An’im Falachuddin Mahrus, M.Pd (Gus An’im), dalam acara bertajuk “Ngopi” (Ngobrol Pendidikan Islam) yang digelar di Hotel Bukit Daun, Kediri, Sabtu (20/12/2025).
Dalam seminar bertema “Optimalisasi Potensi Kelembagaan dan Kesiswaan Dalam Menghadapi Tantangan Zaman”, Gus An’im menjelaskan tiga strategi utama agar madrasah tetap bisa bersaing di Indonesia dan luar negeri.
Acara itu dihadiri oleh 200 peserta dari berbagai tokoh pendidikan dan masyarakat lokal, yang membahas cara agar lembaga pendidikan Islam tetap relevan dan berkembang di masa kini.
Dalam pembukaan, Gus An’im menekankan bahwa madrasah di bawah naungan Kementerian Agama sudah membuktikan kemampuannya di kancah nasional dan internasional. Contohnya, MAN Islam Cendekia yang sering meraih penghargaan dalam berbagai kompetisi, serta banyak alumni madrasah yang diterima di perguruan tinggi terkenal di dalam dan luar negeri. “Ini bukti bahwa siswa madrasah didik dengan baik dan siap bersaing,” ujarnya.
Menurut Gus An’im, ada tiga poin utama untuk mengoptimalkan kelembagaan madrasah dan kesiswaan:
1. Manajerial yang Berilmu
Kelembagaan akan tetap eksis jika dipimpin oleh pemimpin yang berilmu, sehingga kebijakan yang diambil akan bijaksana dan sesuai kebutuhan zaman.
2. Kaderisasi yang Tepat
Penting untuk menyiapkan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan zaman, agar lembaga memiliki tenaga kerja yang handal dan adaptif.
3. Spesialisasi Profesional
Di era modern, keahlian yang spesifik dan profesional menjadi daya tarik utama. Seperti dokter spesialis yang lebih diminati daripada dokter umum, madrasah juga harus memfokuskan pembentukan keahlian khusus pada siswanya.
Gus An’im juga menyampaikan pesan tentang hubungan antara guru dan wali murid. Dia mengakui bahwa di masa lalu, hukuman ringan seperti “dikeplak” biasa dilakukan sebagai bentuk pendidikan, tetapi menekankan bahwa kekerasan tidak pernah diterima. Namun, dia juga meminta wali murid untuk tidak terlalu cepat melaporkan guru ke kepolisian karena masalah kecil. “Lihatlah jasa guru dalam mendidik anak kita, bukan hanya sisi kekurangannya,” katanya.
Gus An’im mengungkapkan harapan kepada Kementerian Agama untuk mengelola pendidikan dan kehidupan keagamaan Indonesia dengan profesional, terutama bagi Dirjen Pendidikan dan Dirjen Santren yang diharapkan memberikan dukungan kepada pesantren yang membutuhkan.
Selain itu, dia juga menekankan pentingnya membatasi efek negatif teknologi dan media sosial, seperti judi online, penipuan, dan pergaulan bebas, sambil tetap mengajarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat kepada anak-anak.(sw)







