Tulungagung, Klik DAERAH – Tak semua kesuksesan lahir dari panggung mewah dan karpet merah. Sebagian justru berawal dari langkah kaki di jalanan, peluh keringat, dan tekad baja. Kisah Wahiyd Masrur, Kepala Dinas disalah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Kabupaten Tulungagung, adalah buktinya.
Lahir dan besar di Banyuwangi, Wahiyd datang ke Tulungagung pada tahun 1995 usai dinyatakan sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan penempatan kerja di Kabupaten Tulungagung.
Ia merantau tanpa sanak saudara, tanpa kenalan, dan tanpa kemapanan. Hanya satu yang ia bawa: semangat untuk berhasil.
“Saya datang sendiri ke Tulungagung. Nggak ada yang jemput. Modal saya cuma satu: harus berhasil,” kenangnya, dengan suara bergetar.
Uang pas-pasan tak membuatnya gentar. Demi bertahan hidup, Wahiyd berjualan jamu keliling. Sepulang kerja, ia membawa jamu, menyusuri jalan demi mencari tambahan penghasilan yang halal.
“Mungkin banyak yang mencibir, tapi saya tidak malu. Saya hanya ingin hidup layak, tidak merepotkan siapa pun,” ucapnya, sambil matanya berkaca-kaca.
Hari berganti tahun, Wahiyd terus bekerja dan belajar. Dari staf biasa, kariernya menanjak satu demi satu. Kini, ia dipercaya memimpin salah satu dinas di lingkup Pemerintah Kabupaten Tulungagung, lembaga yang sangat bersentuhan langsung dengan masyarakat bawah, tempat ia berada.
“Karena saya pernah hidup susah, saya tahu rasanya. Itu yang membuat saya ingin program-program sosial benar-benar sampai ke mereka yang membutuhkan,” ujarnya tegas.
Baginya, jabatan bukanlah simbol kekuasaan, melainkan amanah untuk melayani. Pengalaman hidupnya menjadi cermin empati dalam setiap kebijakan yang ia jalankan.
Kisah Wahiyd Masrur bukan sekadar cerita sukses. Ini adalah kisah keteguhan, kerja keras, dan kejujuran. Dari menjual jamu, kini ia menjadi pemimpin yang bersentuhan langsung dengan warga masyarakat Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.
Reporter: Agus DMT
Editor : Edi Susanto