Tulungagung, Klik DAERAH – Awal tahun 2025 diwarnai dengan meroketnya harga cabai. Peningkatan harga cabai mencapai 300 persen. Kondisi ini dikeluhkan oleh ibu rumah tangga yang harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli bumbu dengan rasa pedas tersebut, Sabtu (11/1/2025).
Hal itu yang diungkapkan oleh Astuti, warga Desa Boyolangu Kecamatan Boyolangu. Menurut ibu 2 anak ini, keluarganya penyuka masakan pedas.
Rasa pedas dari cabai rawit tidak bisa digantikan oleh bumbu lain. Mau tidak mau, dirinya harus mengeluarkan uang lebih untuk membeli cabai.
“Kalau biasanya sekilo sekitar 30 ribuan, sekarang mencapai 100 ribu Rupiah per kilo,” jelasnya.
Menanggapi hal itu, Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung pun angkat bicara. Kenaikan cabai disebabkan oleh musim hujan. Hujan sebabkan petani merubah tanaman dari cabai ke tanaman lain.
Menurut data di Dinas Pertanian, lahan untuk tanaman cabai lebih dari 100 hektar.
“Untuk cabai rawit 79 hektar, cabai keriting 34 hektar, cabai besar 20 hektar,” jelas Suyanto, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Tulungagung.
Dari luasan lahan itu, produksi cabai Kabupaten Tulungagung mencapai 28941,9 kwintal pada Desember 2024 lalu.
Dengan produksi tersebut, menjadi produsen cabai di Jawa Timur.
Namun, pada awal tahun harga cabai tak terkendali dan meningkat tajam. Cabai biasanya alami kenaikan saat musim hujan.
Saat musim hujan lahan tanaman cabai dikonversi oleh petani untuk menanam komoditas lain, sehingga stok cabai menipis, namun permintaan tetap.
Untuk menyikapi siklus kenaikan cabai tiap tahun, pihaknya sudah melakukan sosialisasi pada masyarakat, agar menanam cabai di sekitar rumah.
“Beberapa pot di rumah, biar saat kenaikan harga cabai tidak bingung,” katanya.
Reporter : Joko Pramono
Editor : Edi Susanto
